banner 728x250

Diwarnai Penolakan dan Mosi Tidak Percaya Sukses Pelantikan Sahlah Sapari Sebagai Ketua Ikalasmi Periode 2025-2028

banner 120x600
banner 468x60

Tempojakarta.id,Musyawarah Besar (Mubes) ikatan alumni asmi (Ikalasmi) 2025 telah usai. Hj. Sahlah Sapari, SE, MM telah dilantik menduduki kursi Ketua Ikalasmi baru periode 2025-2028. Lembaran baru sejarah telah digores. Akan tetapi lembaran baru yang seharusnya putih itu, tidak lagi bersih. Ada noda hitam membekas di balik sukses Mubes Ikalasmi?
Penetapan calon tunggal kandidat, tanpa kontestasi dan pemilihan menjadi puncak kemasan produk SC untuk memuluskan satu calon.

Tanpa disadari menjadi noda besar yang mengotori lembaran sejarah baru organisasi ikalasmi. Sehingga lembaran putih itu tak lagi putih dan bersih.
Noda hitam yang akan membekas abadi, menggores sejarah kelam organisasi Ikalasmi Kampus Ungu. Para alumni pun tak ingin tinggal diam. Arus penolakan mengemuka sejak penetapan, jauh sebelum pelantikan. Di Kampus Ungu kita bersaudara sedang gelap lara.

banner 325x300

Mubes yang seharusnya berlangsung bersahaja, aspiratif dan transparan. Dari alumni, oleh alumni untuk ikalasmi, justru dikotori tangan tangan tidak bertanggung jawab. Tangan yang merusak nama baik ikalasmi dan almamater di lingkungan civitas akademika yang menjunjung tinggi Tri Darma Perguruan Tinggi.

Sikap tutup mata, tutup telinga, dengan membungkam aspirasi para alumni, demi memaksakan calon tunggal, mencerminkan sikap anti demokrasi dan merefleksi kekuasaan otoriter belaka. Menjadi duka lara sejarah kepanitian bernama SC dan OC yang seharusnya mengedepankan kebersamaan, rasionable, ilmiah dan bertanggung jawab.
Petisi penolakan dan mosi tidak percaya deras mengalir, tak terbendung. Jurika Fratiwi, alumnus asmi angkatan 87 yang juga salah satu inisiator Petisi 50 menyebut, pelantikan Sahlah Sapari, S.E., M.M. sebagai Ketua Umum Ikalasmi periode 2025–2028 hanya menjadi forum eksistensi segelintir oknum–perusak–nilai nilai demokrasi dan kebersamaan dikalangan alumni.

“Tanpa kontestasi, kursi nomor satu ikalasmi menjadi kehilangan makna substansial pemilihan. Mau dibawah kemana ikalasmi ini. Ada empat calon gitu lho. Dikemanakan Virgi, Risda, dan Gina? Mengapa mereka harus kalah sebelum kontestasi,’’ ungkap Jurika, merespon SK Penetapan kandidat oleh SC.
Sementara itu, bersama Jurika, Dewi N mengaku lebih memilih hengkang dari kepanitiaan SC lantaran dinilai tidak sehat. Dari 6 orang menjadi tersisa 4 orang. Ada wakil kampus Robert Sagay, Sekretaris Ola Iskandar, Soraya (alumni), dan Ketua Jimmy.
“Selain SC suka bongkar pasang ganti seenaknya. Aturan wajib setror Rp. 25 Juta dan potongan Rp. 5 juta, membuktikan sarat kepentingan. Saya tidak mau menjadi bagian yang salah,’’ tandasnya.

Sikap Asertif Pimpinan Kampus
Petisi dan mosi tidak percaya terhadap produk SC pun deras mengalir hingga tersampaikan ke tangan pimpinan Kampus Ungu. Angelica Tengker yang mengetahui dan mendengar kegaduhan atas penolakan serta mosi tidak percaya terhadap produk kepanitiaan Mubes, disayangkan malah bersikap asertif.

“Urusan dukung mendukung, pilih memilih itu urusan alumni dan SC. Kampus tidak mencampuri urusan SC. Kampus hanya memfasilitasi saja,’’ ujar Ibu Angelica.
Sebuah jawaban yang bagi alumni jauh dari kesan expektatif. Mengingat sebelumnya pimpinan kampus telah menerbitkan surat himbaun, agar Mubes Ikalasmi berlangsung demokratis, terbuka, aman, sesuai harapan. Tidak boleh ada money politik dan melibatkan semua unsur alumni yang berniat maju untuk berkontestasi.

Jelas, sebuah himbaun kontra linear dengan pernyataan. Publik alumni semakin meyakini bahwa pihak kampus berkepentingan atas grand desain untuk kemenangan kandidat yang diinginkan.

Sahlah Sapari bahkan telah termaterai untuk kursi ketua ikalasmi jauh sebelum kontestasi musyawarah besar ikalasmi 2025 dilaksanakan. Mustahil pimpinan kampus masa bodoh terhadap siapa ketua ikalasmi yang berkorelasi terhadap kepentingan kampus. Kandidat lain hanya pelengkap evoria.
“Kalau saya yakin kandidat lainya hanya penggembira saja. Karena sudah ada gren desain satu paket untuk memenangkan kandidat yang diinginkan. Hanya saja kemasan SC saja tidak cantik dan cenderung sykologis emosional. Berakibat muncul gerakan mosi tidak percaya. Bahwa rancangan buruk akan selalu meninggalkan jejak noda tidak baik,’’ ujar seorang alumni asmi angkatan 87 yang menolak namanya disebut.

Kegaduhan jelang Mubes ikalasmi diapresiasi langsung dari Andi Tenri Enka. Alumni 88 yang juga sekretaris Wakil Menteri Desa RI. Ia mengatakan, silahkan mengadakan Mubes dengan calon siapapun. Kita tidak anti dengan siapapun calon ketum. Siapapun dia ist ok.
“Tapi kita anti dengan sisitem yang tidak fair, money politik dan calon tunggal,’’ tukas Enka, satu hari sebelum Mubes.
Anggota OC yang beraspirasi tidak setuju kandidat tunggal, tapi tetap menjadi bagian kepanitiaan, melihat dan mengakui portfolio ”layak” memimpin organisasi Ikalasmi ada pada diri Sahlah.

“Tidak ada yang salah dari Sahlah Sapari. Petisi 50 dan Mosi Tidak Percaya juga tidak ditujukan untuknya. Sahlah adalah good his women, but not were is good. Wanita baik di tempat yang (diperoleh) tidak baik. Itu saja,’’ papar M, alumni asmi 95 yang kini berkarier di staff Kedutaan Besar Afrika.
Saat pengukuhan, Sahlah dalama sambutanya berjanji akan memperjuangkan peningkatan populasi mahasiswa asmi dan data base alumni. Menerima kritik dan mengharagai perbedaan.

Sahlah she is good women. Nama baiknya terdistorsi oleh kemasan buruk aturan main kebijakan SC yang pada akhirnya hanya membawa dirinya dalam sebuah persimpangan jalan kusut, tak bernilai.
“Sayang sekali. Sahlah hanya butuh forum kontestasi yang fair, terbuka, dan adil untuk kemudian menang. Tapi rekayasa SC-OC memberi dampak tidak baik bagi keterpilihan-nya,’’ lontar Evi dan Nia, bestie alumni angkatan 88.

Noda Sejarah SC-OC
Akibat sikap kekeuhnya SC membuat gerakan penolakan kian meluas dan bertransformasi dalam wujud Petisi 50 berisi Mosi Tidak Percaya. Lahir dengan kemurnian dari mayoritas alumni.
Petisi yang mewarnai sejarah pelantikan Sahlah dan mengemuka sejak SC menerbitkan SK No. 01/SP-SC/IKALASMI/VII/2025 berisi penetapan satu Calon Tunggal yang lolos adminitrasi untuk bisa maju pada Mubes Ikalasmi.

Surat Keputusan yang ditanda tangani Ketua, Jimmy Kaseger dan Sekretaris, Ola Iskandar, tertanggal 31 Juli 2025 yang menjadi karpet merah dan jalan mulus satu calon kandidat. Instrument tak terbantahkan untuk menutup ruang aspirasi bagi kandidat lain berkontestasi. Menjadi pembenaran sejarah, meskipun lazimnya kontestasi selalu ada ruang pertarungan bagi calon kandidat lain. SK SC pantas ditolak?
Mubes sudah berakhir.

Sahlah sudah terpilih. Tapi penolakan tetap melekat menjadi goresan sejarah, abadi. Seruan mengkudeta produk Mubes pun sempat bermunculan. Salah satunya dikemukakan langsung Hans Daniel, alumni asmi dan STEI kampus Ungu yang kini berkarier di Derjen AHU, Kemenkum RI.

“Ayo kita buat kudeta,’’ serunya, pasca Mubes. Alasanya jelas. “Menolak aturan wajib setor Rp. 25 juta yang melanggar statute AD/ART Ikalasmi,” ujar Hans, melalui saluran whatsup pribadi.
Ada juga yang bernarasi merubah petisi menjadi sebuah deklarasi pembentukan ketua dan pengurus Ikalasmi tandingan dan mengemuka dari anggota petisi namun tidak diapresiasi anggota petisi lainnya.

Pandangan smart berbeda dikemukakan Andi Tenri Enka. “Tidak usah. Tidak perlu ada ketua tandingan. Emang gak sayang energy apa, ngurusin its not realy yor life. Biar resiko beban noda sejarah mereka yang tanggung. Dengan Petisi dan Mosi tidak percaya ini saja sudah cukup untuk melihat dan membedakan siapa mereka. Ini saja sudah cukup buat mereka beberapa hari tidak bisa tidur nyenyak,’’ lanjut Enka.

Ungkapan senada dikemukakan Virginia. Alumni asmi angkatan 90 yang pada awalnya antusias mengikuti rapat-rapat pra mubes dan reuni akbar. Dirinya memang berniat untuk maju sebagai salah satu kandidat Mubes.
Namun, ketika SC menerbitkan aturan gelap, wajib setor Rp. 25 juta bagi calon, dengan garansi potongan 20% pengembalian apabila gagal terpilih, kontan membuat nya undur diri dari pencalonan. Memupuskan niat untuk maju sebelum berkontestasi.

“Gila aja aturan SC ngade ngade. Sejak kapan ada aturan begitu. Pemilihan Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang jelas gede gajihnya aja kagak bayar. Masa mau jadi ketua ikalasmi kudu bayar. Bukanya itu tidak sesuai dengan aturan AD/ART,’’ ujar Virgi, dengan intonasi meninggi.

Alumni S-2 Entrepeneur Women Asmi ini pun menyerahkan semuanya pada Tuhan dan mohon ijin leaft dari semua WAG Ikalasmi. “Rancangan Tuhan adalah sebaik baik rancangan. Rancangan busuk manusia hanya soal waktu. Siapa menabur angin pasti menuai badai setimpal,” tutup Virginia.
Ungkapan kecewa juga diungkap Chaidar Sulaiman. Alumnus Asmi angkatan 88 yang merasa wajah kampus makin suram. Harus ada solusi konkrit kedepannya.

“Lihat saja, kampus ini auranya makin suram. Karena selalu dikelilingi orang orang yang tidak berkompeten dan miskin kreatifitas. Anehnya pimpinan selalu memakai orang orang itu saja. Jadinya kampus terus merosot dan sulit untuk bangkit,’’tandas Chaidar.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *