banner 728x250

Aksi Kemanusiaan Camellia Lubis Berbuah Sukses di Charity Cancer 2025

banner 120x600
banner 468x60

Tempojakarta.id,Jakarta – Pakar kesehatan internasional, Prof. Xu Kecheng, MD, Doctoral Supervisor, menegaskan pentingnya deteksi dini dan rehabilitasi dalam upaya penanganan kanker, khususnya kanker payudara yang masih menjadi salah satu penyakit paling banyak diderita perempuan Indonesia. Hal ini disampaikan dalam forum diskusi kesehatan yang menghadirkan sejumlah pakar dan perwakilan organisasi masyarakat di Jakarta, Rabu (20/8).

Peta Jakarta Prof. Xu, yang memiliki hubungan dekat dengan Indonesia melalui istrinya yang berkebangsaan Indonesia, menyoroti fenomena tingginya angka kanker payudara di kalangan perempuan Indonesia, termasuk para figur publik dan artis. Menurutnya, kondisi tersebut harus diantisipasi dengan membangun kesadaran publik akan pentingnya pemeriksaan sejak dini.

banner 325x300

“Deteksi dini kanker payudara akan menghasilkan efek terapi yang jauh lebih baik. Karena itu, edukasi dan kesadaran masyarakat harus dibangun secara berkelanjutan. Wanita Indonesia, termasuk para artis yang multi talenta dan tangguh, perlu memahami bahwa semakin cepat kanker terdeteksi, semakin besar peluang sembuhnya,” ujar Prof. Xu.

Selain kanker payudara, Xu juga menyoroti kasus kanker prostat yang mendominasi pasien laki-laki di Indonesia. Sementara untuk pria dewasa dengan faktor risiko tinggi, kanker paru-paru menjadi ancaman serius, salah satunya akibat konsumsi rokok yang masih tinggi di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Xu menegaskan tiga hal utama yang menjadi fokus penanganan kanker, yakni:

1. Mengapa banyak kasus kanker terjadi, khususnya pada kanker payudara.

2. Bagaimana membantu pasien dalam proses pengobatan dengan metode yang lebih efektif.

3. Upaya mencegah kekambuhan kanker melalui rehabilitasi dan perawatan pasca-terapi.

Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah metode pengobatan minimal invasif, yakni penanganan medis tanpa pembedahan besar, sehingga risiko pasien lebih kecil dan proses pemulihan lebih cepat. Namun, Xu mengingatkan bahwa pencegahan kekambuhan adalah kunci yang tidak boleh diabaikan.

“Rehabilitasi kanker sangat penting setelah operasi atau terapi. Angka kekambuhan cukup tinggi, sehingga pasien perlu terus didampingi agar kualitas hidupnya terjaga,” jelasnya.

Acara ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Yeni Thamrin, MHA, yang menambahkan bahwa berdasarkan catatan kasus di Indonesia, kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru-paru merupakan jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi.

Yeni menekankan bahwa perempuan Indonesia perlu lebih waspada terhadap kanker payudara dan serviks, sementara bagi laki-laki, kanker paru-paru dan prostat masih menjadi ancaman utama. “Faktor gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, sangat berpengaruh terhadap meningkatnya kasus kanker paru di Indonesia,” ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, sejumlah organisasi masyarakat juga menyatakan kesiapan untuk menjalin kerja sama, termasuk dengan Asosiasi Kanker dan organisasi perempuan Indonesia. Salah satu bentuk kerja sama adalah Memorandum of Understanding (MoU) yang memungkinkan pertukaran pasien, kolaborasi dalam seminar, hingga program pengobatan gratis bagi pasien terpilih sesuai rekam medis.

Rencananya, pada Desember mendatang, akan digelar Kongres Besar dan Seminar Internasional Rehabilitasi Kanker yang melibatkan yayasan kanker dari berbagai negara. Forum tersebut akan menjadi ruang pertukaran ilmu pengetahuan mengenai diagnosis, penanganan, dan rehabilitasi kanker, tidak hanya untuk kanker payudara, tetapi juga kanker hati, paru-paru, dan jenis kanker lainnya.

Sejumlah penyintas kanker juga hadir dalam kegiatan ini, termasuk artis Aida Saskia, yang berbagi pengalaman pribadi menjalani terapi kanker. Ia mengisahkan perjuangannya menjalani 9 kali kemoterapi, kontrol rutin, hingga proses rehabilitasi berkelanjutan.

“Alhamdulillah, perkembangan kondisi saya cukup signifikan. Meski sempat mengalami rambut rontok total dan tubuh melemah, dukungan keluarga dan teman-teman sangat membantu. Kuncinya adalah bersyukur, menjaga gaya hidup sehat, dan tetap bahagia,” ujar Aida Saskia.

Acara tersebut menegaskan bahwa perjuangan melawan kanker bukan hanya tugas dokter, tetapi juga masyarakat, organisasi, dan pemerintah. Sinergi semua pihak dibutuhkan untuk memberikan edukasi, deteksi dini, pengobatan tepat, serta rehabilitasi yang berkesinambungan.

Prof. Xu Kecheng menutup paparannya dengan pesan bahwa setiap penderita kanker adalah seorang fighter, bukan sekadar survivor. Dengan deteksi dini, metode pengobatan yang tepat, dan dukungan rehabilitasi, penderita kanker dapat kembali hidup sehat, produktif, dan berdaya.
(M.R)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *